Jumat, 20 Maret 2009

Ulas Energi: Biomassa sebagai Sumber Energi Alternatif

Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis energi. Ini disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Untuk mengatasi krisis energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah satunya adalah energi biomassa.

Biomassa, dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial. Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, tapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat seperti batu bara atau minyak bumi.

Pada awalnya, biomassa dikenal sebagai sumber energi ketika manusia membakar kayu untuk memasak makanan atau menghangatkan tubuh pada musim dingin. Kayu merupakan sumber energi biomassa yang masih lazim digunakan tetapi sumber energi biomassa lain termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan tanaman lain, limbah dan residu pertanian atau pengolahan hutan, komponen organik limbah rumah tangga dan industri, juga gas metana sebagai hasil dari timbunan sampah. 

Sebagai bahan bakar, biomassa perlu diolah terlebih dahulu agar dapat dengan mudah dipergunakan. Proses ini dikenal sebagai konversi biomassa. Beberapa proses tersebut adalah dengan mengubah biomassa menjadi briket sehingga mudah disimpan, diangkut, dan mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam. Jenis konversi lain adalah mengubah biomassa melalui proses kimia dan fisika seperti anaerobic digestion (peruraian tanpa bantuan oksigen) yang menghasilkan gas metana, pirolisis (dekomposisi menggunakan panas) yang menghasilkan produk bahan bakar padat berupa karbon dan produk lain berupa karbon dioksida dan metana.

Studi tentang biomassa telah banyak dilakukan di negara maju seperti Jepang, Jerman, Inggris dan sebagainya. Hanya saja untuk menjadikan biomassa sebagai produk komersial, masih diperlukan langkah dan perhatian lebih lanjut, baik dari kalangan ilmuwan, masyarakat maupun pemerintah. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang sudah membudaya harus pelan-pelan dialihkan ke sumber energi lain yang terbarukan dan ramah lingkungan. Namun dari alternatif-alternatif seperti yang telah disebutkan, tentunya langkah terbaik adalah dengan menghemat pemakaian energi, apapun itu bentuknya.

Sumber:

Read more...

Jumat, 13 Maret 2009

Ulas Kejiwaan: Mitos Seputar Kemarahan

Siapa yang tidak pernah merasa marah? Tentu setiap dari kita merasakannya. Apakah marah membuat kita tenang atau sebaliknya? Apakah marah merupakan bentuk ekspresi atas kekesalan? Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai kemarahan menghambat pengembangan diri kita. Untuk itu kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang dipercaya tentang kemarahan yang sebetulnya beberapa dari hal itu hanyalah mitos.

Dalam bukunya yang berjudul The Anger Management Sourcebook, Glenn R. Schiraldi dan Melissa Hallmark Kerr menjelaskan beberapa mitos tentang kemarahan sebagai berikut:

1. Melampiaskan amarah dapat meredakan kemarahan. 
Melampiaskan amarah sebenarnya memperkuat jaringan saraf yang berkaitan dengan respon rasa marah. Menjadi marah akan melatih seseorang menjadi orang yang lebih pemarah.

2. Kemarahan yang hebat diperlukan untuk mengubah situasi.
Tuntutan untuk marah hanya muncul agar kita mendapatkan kekuatan yang kita inginkan. Seringkali rasa menghormati, keramahan akan lebih efektif dan membawa hasil yang tahan lama. Kita tidak ingin orang lain memperlakukan kita dengan penghinaan. Seringkali kemarahan yang hebat memunculkan benih dendam, dan dapat bersifat turun temurun.

3. Jika saya tidak marah, itu artinya saya tidak peduli.
Marah hanyalah salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita peduli. Kepedulian dapat ditunjukkan melalui kesabaran, disiplin, memberi perhatian, meluangkan waktu, dan berbagi.

4. Orang yang membuat saya marah tidak berharga dan pantas mendapatkan kemarahan.
Tidak memanusiakan orang lain ibarat membuat kemarahan seseorang menjadi tahan lama. Manusia tidak luput dari cacat dan sesekali susah untuk dapat memahami sesuatu, tetapi itu bukan berarti mereka tidak berharga.

5. Meredakan kemarahan berarti sama saja menganggap orang yang berbuat salah itu baik-baik saja, tidak bersalah.
Ini hanya masalah cara kita belajar cara menghadapi orang yang berbuat salah dengan lebih dingin, efektif dan konstruktif.

6. Dunia ini penuh dengan orang-orang tolol dan menjengkelkan. 
Dunia juga berisi keindahan. Masalahnya bukan hanya ketidaksempurnaan dunia dan hal-hal yang membuat marah. Masalahnya adalah pilihan fokus kita dan apa reaksi kita terhadap hal itu.

7. Pria dan wanita berbeda dalam hal marah. 
Studi mengatakan bahwa pria dan wanita marah karena alasan yang sama, dengan intensitas yang sama pula. Biasanya pria memperlihatkan kemarahannya dengan bertindak secara fisik dan melalui kata-kata. Sedangkan wanita lebih sering dengan menangis.

8. Depresi adalah kemarahan yang terpendam. 
Depresi adalah kesedihan, biasanya berkaitan dengan rendahnya citra diri. Namun bagaimanapun, orang yang depresi sering menunjukkan tingkat kemarahan dan kekhawatiran yang lebih tinggi. Ekspresi kemarahan berhubungan dengan beberapa jenis luka hati atau mental. Luka mental menurunkan kemampuan untuk berpikir logis dan juga meningkatkan kecenderungan untuk marah dan bertindak kasar. Orang yang kasar dua atau tiga kali lebih mudah terkena kelainan psikologis seperti depresi.

9. Marah adalah emosi alami dan dasar.
Kemarahan tidak terjadi sendiri. Kemarahan mengikuti perasaan seperti takut, penghinaan, merendahkan, guncangan, rasa tidak berdaya, kebanggaan yang terluka, penolakan, dan sakit hati.

10. Orang-orang membuat saya marah. Saya tidak dapat mengendalikan kemarahan saya. 
Ingat, Anda biasanya mengendalikan kemarahan ketika atasan Anda membetulkan pekerjaan Anda, atau ketika polisi memberikan tilang pada Anda. Jika Anda membiasakan diri untuk marah, hal itu akan menyebabkan Anda lebih sulit mengendalikan kemarahan. Kebiasaan dapat dipelajari dan lebih sering Anda mempelajarinya, semakin cepat pula kebiasaan itu terbentuk.

Read more...

Senin, 02 Maret 2009

Ulas Kejiwaan: Gejala Burn Out


Beban pekerjaan sering membuat seseorang tanpa sadar mengalami gangguan-ganguan kejiwaan, baik yang bersifat ringan ataupun berat. Mengenali tanda-tanda gangguan kejiwaan sejak dini dapat membantu seseorang menghindari akibat buruk dari kondisi tersebut. 

Terlalu banyak pekerjaan atau frustrasi yang berkeseringan dapat membawa seseorang pada kelelahan fisik dan mental atau emosi. Gejala ini disebut burn out. Burn out adalah reaksi stress yang parah yang menyangkut aspek psikis, fisiopsikis, dan kelakuan. 

Burn out diakibatkan oleh beberapa hal seperti terus-menerus bekerja dalam situasi traumatik atau menyakitkan, menghadapi pekerjaan yang sangat rumit dan sulit diselesaikan, atau situasi kerja yang penuh tuntutan dan tekanan. Demikian yang dikatakan psikolog Irma S. Martam dari Yayasan Pulih, dilansir dari Kompas.com

Jerrold S. Greenberg dalam bukunya Comprehensive Stress Management menyebutkan beberapa gejala burn out sebagai berikut:
1. Hilangnya selera humor: sulit untuk tertawa dalam situasi kerja sehari-hari.
2. Melewatkan waktu istirahat dan makan: secara terus-menerus tidak mempunyai waktu untuk makan dan istrahat untuk mengembalikan stamina tubuh.
3. Meningkatnya waktu lembur dan tidak adanya liburan: sulit untuk mengatakan 'tidak' pada pekerjaannya walaupun hari libur atau bukan jam kerja.
4. Meningkatnya keluhan-keluhan fisik: kelelahan,  otot yang menegang, gangguan pencernaan, dan mudah sakit.
5. Menarik diri dari kehidupan sosial.
6. Berubahnya performa kerja: meningkatnya ketidakhadiran, sering terlambat masuk kerja, tidak masuk kerja karena sakit, menurunnya produktivitas dan efisiensi kerja.
7. Menenangkan diri: meningkatnya pengggunaan alkohol, obat penenang, dan obat-obatan lain yang dapat memperbaiki mood.
8. Perubahan diri sendiri: kelelahan emosi, kehilangan citra diri, depresi, frustrasi, dan perasaan terjebak.

Read more...

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP